Senin, 19 Desember 2011

Sertifikat Seminar

Nama : Indah Sevia Wulandari
Kelas : 4EA03
NPM : 10208639












Rabu, 02 November 2011

TEORI-TEORI ETIKA BISNIS

Nama : Indah Sevia Wulandari
Kelas : 4EA03
NPM : 10208639


TEORI-TEORI ETIKA BISNIS

Sacara estimologi, kata etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan, dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha.sebagai bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat-kebiasaan atau pola pikir yang dianut oleh sekelompok orang atau yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Etika adalah ta etha atau adat-kebiasaan, yang baik dipertahankan, dijunjung tinggi, dan diwariskan secara turun temurun. Pada tataran ilmu pengetahuan, etika merupakan ilmu, yakni ilmu tentang adat istiadat yang baik.


Sedangkan moral atau moralitas justru diasalkan dari bahasa Latin mos (jamak:mores) yang persis sama artinya dengan kata Yunani ta etha (adat-kebiasaan yang baik).

Tujuan-tujuan etika:

Etika membantu kita untuk mampu mengambil sikap yang tepat pada saat menghada[pi konflik nilai.
Etika membantu kita untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi tranformasi disegala bidang kehidupan sebagai akibat modernisasi.
Etika memampukan kita untuk selalu bersikap kritis terhadap berbagai ideologi baru.
Etika meruapakan sarana pembentuk sikap kritis para mahasiswa (khusus untuk mahasiswa).


Jenis-jenis etika:

Etika Deskriptif

Secara estimologis, istilah ini mengisyaratkan bahwa pada dasarnya etika deskriptif menggambarkan atau melukiskan realitas moral atau tingkah laku serta tindakan manusia apa adanya atau sebagaimana adanya tingkah dan tindakan tersebut.

Etika Normatif

Etika normatif membuat prinsip etis menjadi masuk akal dan operasional sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Pada tataran ilmu, etika normatif dapat dikelompokan dalam dua jenis, yakni etika umum atau norma moral yang berlau bagi semua orang dimanapun mereka berada dan etika khusus atau norma moral yang hanya berlaku disuatu tempat atau untuk suatu lingkup tertentu saja.

a. Etika Umum

Etika umum atau norma moral umum memusatkan kajiannya pada norma moral yang berlaku bagi semua orang dan di mana-mana. Termasuk dalam etika normatif umum adalah morma moral (mengukur baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia), norma hukum (mengukur tindakan manusia yang pelaksanaannya dapat dikenai sanksi), dan norma sopan santun atau etiquette, misalnya menghargai milik orang lain (norma moral), menghilangkan nyawa lain (norma hukum), dan selalu mendahulukan orang tua dan anak-anak dalam pelayanan umum (etiket) berlaku universal di mana-mana.

b. Etika Khusus

Etika normatif khusus menerapkan prinsip umum pada tindakan atau perilaku manusia di bidang khusus. Akibatnya, munculah etika khusus seperti: etika bisnis, etika politik, etika medik, etika komunikasi, etika akuntan publik, etika lingkungan hidup, dan lain-lain. Selain umum khusus, etika normatif juga dapat dibedakan dari segi benar tidaknya dan baik-buruknya akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Bertolak dari penegasan tersebut, etika normatif juga terbagi atas:

Etika Deontologis

Kata Yunani deon merujuk pada keniscayaan ayau keharusan atau kewajiiban. Secara etimologis, deontologi berarti ilmu atau teori tentang kewajiban. Aturan-aturan hukum dan norma keagamaan sebagai norma etika khusus juga sekaligus norma etika deontologis. Pada tataran deontologis bisa dikatakan bahwa suatu itu wajib diikuti atau harus dilakukan karena dikehendaki oleh Sang Pencipta (norma agama) atau karena disadari sebagai wajib (norma hukum).

Etika Teleologis

Kata Yunani telos berarti tujuan, sementara logos berarti ilmu, doktrin atau wacana. Dengan demikian teologi merupaka disiplin ilmu atau studi tentang gejala-gejala yang menunjukan arah, tujuan, atau maksud serta bagaimana suatu diperoleh dalam dan melalui suatu proses. Menurut etika teologis universal, benar atau tidaknya suatu tindakan tergantung pada baik buruknya akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut bagi semua orang yang terkena dampak atau akibatnya.

Metaetika

Pertama-tama perlu ditegaskan disini bahwa metaetika merupakan salah satu cara lain untuk menerapkan norma dan nila-nilai etika dalam posisinya sebagai ilmu, yakni sebagai filsafat moral. Kata metaetika Yunani terdiri dariprefiks meta yang berarti melampaui dan ethos atau etika. Dengan demikian, secara estimologis, metaetika berarti melampaui etika atau mengatasi etika.


Teori- teori etika bisnis :
a. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

b. Teori Keutamaan (Virtue)
Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.

Contoh keutamaan :
Kebijaksanaan
Keadilan
Suka bekerja keras
Hidup yang baik

Keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan, adalah : Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan Rasa malu.


Etika sebagai Filsafat Moral

Etika merupakan ilmu kritis-sistematis tentang moraltas atau yang baik dan yang buruk dari manusia sebagaimana dapat dimaknai melalui kata-kata atau tindakannya. Patokannya adalah norma serta sistem yang dijunjung tinggi masyarakat karena telah terbukti benar dan baik sebagai norma moral atau sebagai sistem nilai. Norma serta sistem nilai pada dirinya sendiri adalah baik karena telah mengembangkan dan melestarikan hidup manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk humani dalam kebersamaan hidup sebagai komunitas atau sebagai masyarakat. Ada tiga jenis berpikir falsafi tentang moralitas manusia, yaitu:

Berpikir falsafi sebagai penyelidikan empirik-deskriptif atau fakta moral(perilaku manusia).
Berpikir normatif
Berpkir analitis, kritis, dan metaetis.

sumber : http://afiarini.wordpress.com/2010/12/17/teori-teori-etika-bisnis/

Senin, 26 September 2011

Contoh Kasus Praktek Bisnis Yang Tidak Etis

Contoh Kasus Praktek Bisnis Yang Tidak Etis
Nama : Indah Sevia
NPM : 10208639
Kelas : 4EA03


Ada banyak contoh praktek bisnis yang tidak etis, terutama di setiap perusahaan, baik itu perusahaan besar atau kecil yang sedang mencari cara untuk membuat keuntungan yang lebih besar, dan untuk tujuan ini mereka tidak selalu bermain adil. Krisis ekonomi menjadi masalah pada setiap jenis usaha yang menciptakan tekanan besar untuk membuat ide-ide yang dapat menjamin keuntungan cepat. Beberapa praktek bisnis yang dianggap tidak etis di masa lalu tampaknya telah menjadi cara yang sah untuk menarik pelanggan baru, atau menciptakan keuntungan yang lebih besar, semua ini karena guncangan perekonomian telah dipertahankan selama krisis. Meskipun penyebab dan efek juga dapat dianggap terbalik dalam kasus ini, karena salah satu alasan utama dari krisis ekonomi adalah penggunaan praktek bisnis yang tidak etis. Berikut adalah salah satu contoh praktek bisnis yang tidak etis:
- Menyalin gaya kemasan untuk menyesatkan konsumen.
Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang lebih kecil yang menghasilkan produk berkualitas lebih rendah dan mencoba untuk menggunakan nama merek yang lebih terkenal untuk contoh yang dapat menyesatkan konsumen. Sebagai contoh yaitu sepatu bermerk PIIMA dengan harga yang sangat rendah, dapat menyesatkan konsumen untuk membeli sepatu tersebut karena kemiripan dengan merek PUMA yang jauh lebih terkenal. Jika perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar, seharusnya perusahaan itu tidak perlu menyalin merk produk lain tetapi perusahaan itu dapat menciptakan desain produk yg lebih kreatif dan lebih menarik agar para konsumen lebih memilih produk dari perusahaan itu dan perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar.

Minggu, 17 April 2011

Contoh Rantai Deduksi

Nama : Indah Sevia
NPM : 10208639
Kelas : 3EA03

.2.2.5 Rantai Deduksi

Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.

Contoh :

a. Semua plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)

Kali ini saya diberi lagi plecing kangkung.

Sebab itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)

Saya tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)

Ini adalah plecing kangkung pedas.

Sebab itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)

Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)

Saya tidak suka makanan ini.

Sebab itu saya tidak memakannya. (deduksi)

b. Semua jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)

Kali ini saya diberi lagi jamu.

Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)

Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)

Ini adalah jamu pahit.

Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)

Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)

Saya tidak suka minuman ini.

Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)


Contoh kalimat deduksi, silogisme, emiten

Nama : Indah Sevia
NPM : 10208639
Kelas : 3EA03

2.1 Pengertian Deduksi

Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata deducere yang berarti ‘menghantar’,’memimpin’).

2.2 Pemikiran Deduktif

Pemikiran deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

2.2.1 Menarik Simpulan secara Langsung

Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak langsung.

1. Semua S adalah P (Premis)

Sebagian P adalah S ( Simpulan)

Contoh :

a. Semua paramecium bersel satu. (Premis)

Sebagian yang bersel satu adalah paramecium. (Simpulan)

b. Semua mobil beroda empat. (Premis)

Sebagian yang beroda empat adalah mobil. (Simpulan)

c. Semua garam rasanya asin. (Premis)

Sebagian yang asin adalah garam. (Simpulan)

2. Tidak satu pun S adalah P. (Premis)

Tidak satu pun P adalah S. (Simpulan)

Contoh :

a. Tidak sebuah televisi pun adalah radio. (Premis)

Tidak sebuah radio pun adalah televisi. (Simpulan)

b. Tidak seekor ayam pun adalah tikus. (Premis)

Tidak seekor tikus pun adalah ayam. (Simpulan)

c. Tidak sebuah mobil pun adalah motor. (Premis)

Tidak sebuah motor pun adalah mobil. (Simpulan)

3. Semua S adalah P. (Premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)

Contoh :

a. Semua cobra adalah ular berbisa. (Premis)

Tidak satu pun cobra adalah ular tidak berbisa. (Simpulan)

b. Semua mobil adalah kendaraan beroda empat. (Premis)

Tidak satu pun mobil adalah kendataan tidak beroda empat. (Simpulan)

c. Semua paramecium adalah hewan bersel satu. (Premis)

Tidak satu pun paramecium adalah hewan tidak bersel satu. (Simpulan)

4. Tidak satu pun S adalah P. (Premis)

Semua S adalah tak-P. (Simpulan)

Contoh :

a. Tidak satu pun mawar adalah melati. (Premis)

Semua mawar adalah bukan melati. (Simpulan)

b. Tidak satu pun bebek adalah kodok. (Premis)

Semua bebek adalah bukan kodok. (Simpulan)

c. Tidak satu pun tumbuhan adalah hewan. (Premis)

Semua tumbuhan adalah bukan hewan. (Simpulan)

5. Semua S adalah P. (Premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)

Tidak satu pun tak-P adalah S. (Simpulan)

Contoh :

a. Semua burung adalah bersayap. (Premis)

Tidak satu pun burung adalah tak bersayap. (Simpulan)

Tidak satu pun yang tak bersayap adalah burung. (Simpulan)

b. Semua rumah adalah beratap. (Premis)

Tidak satu pun rumah adalah tak beratap. (Simpulan)

Tidak satu pun yang tak beratap adalah rumah. (Simpulan)

c. Semua makhluk hidup adalah bernafas. (Premis)

Tidak satu pun makhluk hidup adalah tak bernafas. (Simpulan)

Tidak satu pun yang tak bernafas adalah makhluk hidup. (Simpulan)

2.2.2 Menarik Simpulan secara Tidak Langsung

Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.

Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan tidak langsung sebagai berikut :

2.2.2.1 Silogisme Kategorial

Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga. Silogisme kategorial adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Premis mayor adalah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Premis minor adalah proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa (fenomena) yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Contoh :

a. Semua hewan berkembang biak.

Semua monyet adalah hewan.

Jadi, semua monyet berkembang biak.

b. Semua kendaraan memiliki roda.

Semua sepeda adalah kendaraan.

Jadi, semua sepeda memiliki roda.

c. Semua manusia sopan.

Semua dosen adalah manusia.

Jadi, semua dosen sopan.

Untuk menghasilkan simpulan harus ada term menengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

Contoh :

a. Semua manusia tidak sopan.

Semua bebek bukan manusia.

Jadi, (tidak ada simpulan).

b. Semua kendaraan tidak memiliki roda.

Semua radio bukan kendaraan.

Jadi, (tidak ada simpulan).

c. Semua binatang tidak berkembang biak.

Semua mawar bukan binatang.

Jadi, (tidak ada simpulan).

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :

1. Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu : term mayor, term minor, dan term penengah.

Contoh :

a. Semua mahasiswa harus rajin belajar.

Donny adalah seorang mahasiswa.

Donny harus rajin belajar.

b. Semua ayah harus mencari nafkah.

Dion adalah seorang ayah.

Dion harus mencari nafkah.

c. Semua nelayah harus giat mencari ikan.

Terry adalah seorang nelayan.

Terry harus giat mencari ikan.

2. Silogisme terdiri dari atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.

3. Dua premis yang negative tidak dapat menghasilkan simpulan.

Contoh :

a. Semua mawar bukan melati

Tidak satu mawar pun adalah hewan.

b. Semua mobil bukan motor.

Tidak satu mobil pun adalah sepeda.

c. Semua bebek bukan kodok.

d. Tidak seekor bebek pun adalah tumbuhan.

4. Bila satu premisnya negative, simpulan pasti negative.

Contoh :

a. Tidak seekor cobra pun adalah burung.

Semua cobra berbisa.

Jadi, tidak seekor burung pun berbisa.

b. Tidak seekor burung pun adalah buaya.

Semua burung bersayap.

Jadi, tidak seekor buaya pun bersayap.

c. Tidak satu pun mawar adalah singkong.

Semua mawar berbunga.

Jadi, tidak satu singkong pun berbunga.

5. Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.

Contoh :

a. Semua ikan adalah berbau amis.

Gurame adalah ikan.

Jadi, gurame adalah berbau amis.

b. Semua karnivora adalah pemakan daging.

Harimau adalah karnivora.

Jadi, harimau adalah pemakan daging.

c. Semua burung adalah bersayap.

Elang adalah burung.

Jadi, elang adalah bersayap.

6. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh :

a. Beberapa manusia berjiwa besar.

Tidak satu tumbuhan pun adalah manusia.

Jadi, (tidak ada simpulan).

b. Beberapa cobra adalah berbisa.

Tidak satu tumbuhan pun adalah cobra.

Jadi, (tidak ada simpulan).

c. Beberapa koruptor adalah penjahat.

Tidak seekor binatang pun adalah koruptor.

Jadi, (tidak ada simpulan).

2.2.2.2 Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.

Kalau premis minornya membenarkan antesede, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

a. Jika beras dimasak, beras akan menjadi nasi.

Beras dimasak.

Jadi, beras menjasi nasi.

Jika beras tidak dimasak, beras tidak akan menjadi nasi.

Beras tidak dimasak.

Jadi, beras tidak akan menjadi nasi.

b. Jika plastic dibakar, plastik akan meleleh.

Plastic dibakar.

Jadi, plastic meleleh.

Jika plastik tidak dibakar, plastik tidak akan meleleh.

plastik tidak dibakar.

Jadi, plastik tidak akan meleleh.

c. Jika pakaian dicuci, pakaian akan menjadi bersih.

Pakaian dicuci.

Jadi, pakaianmenjadi bersih.

Jika pakaian tidak dicuci, pakaian tidak akan menjadi bersih.

Pakaian tidak dicuci.

Jadi, pakaian tidak akan menjadi bersih.

2.2.2.3 Silogisme Alternatif

Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya akan menolak alternative yang lain.

Contoh :

a. Dia adalah seorang dokter atau guru.

Dia seorang dokter.

Jadi, dia bukan seorang guru.

Dia adalah seorang guru.

Dia bukan seorang dokter.

Jadi, dia seorang guru.

b. Dia adalah seorang nelayan atau petani.

Dia seorang nelayan.

Jadi, dia bukan seorang petani.

Dia adalah seorang petani.

Dia bukan seorang nelayan.

Jadi, dia seorang petani.

c. Dia adalah seorang pelajar atau pegawai.

Dia seorang pelajar.

Jadi, dia bukan seorang pegawai.

Dia adalah seorang pegawai.

Dia bukan seorang pelajar.

Jadi, dia seorang pegawai.

2.2.2.4 Entimen

Enthymeme, enthymema (Yunani) berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme ini muncul hanya dengan dua proposisi.

Contoh :

a. Semua petani adalah orang yang pandai berkebun.

Rudi adalah seorang petani.

Jadi, Rudi adalah orang yang pandai berkebun.

b. Semua pengangguran adalah orang yang malas.

Sari adalah seorang pengangguran.

Jadi, Sari adalah orang yang malas.

c. Semua polisi adalah orang berjiwa besar.

Rava adalah seorang polisi.

Jadi, Rava adalah orang berjiwa besar.