Sabtu, 28 November 2009

Manajemen Perikanan dan Sumberdaya Mineral

Manajemen Perikanan

Pembangunan Perikanan
Pembangunan Perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan/petani ikan dengan meningkatkan produktivitasnya, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
Usaha-usaha yg dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan perikanan:
a. Itensifikasi
Intensifikasi dilakukan melalui penyebaran nelayan tradisional ke perairan lepas pantai dan samudra/ ke perairan pantai lain yg potensial.
b. Ekstensifikasi
Ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengarahkan penangkapan ikan ke daerah utara, barat, dan Indonesia bagian timur.
c. Diversifikasi
Dilakukan dengan jalan moderenisasi alat tangkap melalui koperasi
d. Rahabilitasi
Diitunjukkan pada sarana dan prasarana penangkapan ikan
e. Peningkatan pengadaan sarana pemasaran perikanan
f. Peningkatan prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan irigasi untuk pertambakan.

Sumber Daya Mineral
Departemen pertambangan dan energy menggolongkan mineral ke dalam 3 kelompok:
1. Kelompok A (Mineral strategic)
Yg hanya dapat di tambang oleh pemerintah, ttapi perusahaan domestic dan asing dapat mengadakan “join venture” (patungan) dengan perusahaan pemerintah berdasar kontrak karya atau persetujuan kerja sama. Yg termasuk dalam kelompok ini adalah minyak bumi, gas alam, bitumen cair, antrasit, batubara, lignit, uranium, radium, thorium dan mineral radioaktif lainnya, nikel, cobalt dan timah.
2. Kelompok B ( Mineral vital)
Yg dapat ditambang oleh BUMN, badan usaha swasta, koperasi, maupun pribadi-pribadi warganegara. Badan swasta asing hanya sebagai kontraktor pemerintah atau anggota minoritas pada perusahaan nasional. Namun perusahaan asing boleh menjalankan eksplorasi melalui pemegang izin swasta Indonesia. Kelompok ini meliputi besi, manggan, molybdenum, chromit, yodim dan belerang.
3. Kelompok C (Mineral Lainnya)
Hanya boleh ditambang oleh perusahaan swasta nasional. Perusahaan asing dapat memberi dana dan mengadakan kontrak pembelian mineral ini. kelompok ini meliputi gamping, tanah liat, gips, fosfat, nitrat, asbestos, mika, granit, magnesit, jarosit, leusit dll.

Kesimpulan
Sumber daya mineral lain (logam dan nonlogam) merupakan bagian sumber daya alam nonhayati dan dikelompokkan kedalam sumber daya alam yg strategis, vital, dan lain-lain. Pengelolaan sumberdaya mineral secara bertanggungjawab akan dapat membantu pembangunan ekonomi Indonesia tanpa merusak lingkungan.

Senin, 23 November 2009

Metode Melamar Pekerjaan

Melamar pekerjaan memang butuh kesabaran. Belum adanya respon dari perusahaan-perusahaan yang Anda lamar, bisa dikarenakan oleh berbagai alasan. Berikut ini ada beberapa tips melamar pekerjaan :

  1. Lamar pekerjaan yang anda minati dan yakin mampu melaksanakan. Jangan asal melamar kalau tidak yakin bisa.
  2. Buatlah surat lamaran. Usahakan surat tersebut singkat, faktual, dan menarik, dengan bahasa yang jelas dan penampilan menarik, dalam arti: rapi (tidak ada kesalahan ejaan atau tata bahasa), bersih (tinta hitam di atas kertas putih, jangan ada koreksi seperti tip-ex atau perbaikan dengan pensil/bolpoin sebaiknya ketik dan cetak ulang saja. Suatu kesalahan dalam ejaan saja bisa menyebabkan Anda kehilangan kesempatan yang penting untuk memperoleh pekerjaan.
  3. Pelajarilah cara-cara dan kiat efektif dalam menulis surat lamaran, resume/C.V., maupun memenuhi panggilan wawancara.
  4. Siapkan penampilan anda

Kesiapan kita mengatur dan memilih busana serta asesoris akan sangat berpengaruh. Perhatikan dalam pemilihan warna busana, sebaiknya warna cerah tetapi tidak terlalu menyolok. Jangan terlalu banyak menggunakan asesoris. Penataan rambut harus memberikan kesan formal dan elegan. Kunci dari penampilan jika bahwa anda memang terlihat serasi dengan warna busana dan wajah ceria sehingga menimbulkan kesan “fresh” bagi orang yang melihat anda.

  1. Taktik dan Strategi menghadapi wawancara

- Identifikasi kemampuan anda.
Kemampuan anda adalah alat untuk mempermudah menjawab pertanyaan yang akan muncul. Dengan semakin banyak hal yang terkait dengan kemampuan kita akan menjadikan kita lebih percaya diri dalam menjawan pertanyaan.. Ini sangat penting untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan anda. Misalnya bidang keilmuan anda, pengetahuan tentang computer atau hal lain yang sangat anda kuasai.

- Komunikasi
Dalam hal ini kita kenal dengan komunikasi verbal dan non-verbal. Petama komunikasi verbal, dengan pengucapan lisan kita untuk berkomunikasi dan menjelaskan tentang hal tertentu. Perhatikan artikulasi dan intonasi kita saat berbicara. Pilihlah kata yang tepat dan sesuai dengan lawan bicara kita. Kedua komunikasi non-verbal, dengan gerak anggota tubuh kita. Di awal yang harus diperhatikan adalah gerakan mata kita, kemana arah pandangan mata kita haru di control agar tidak menimbulkan kesan tidak baik dengan lawan bicara. Pandangan mata sangat dipengaruhi dengan kondisi perasaan seseorang, berpikir positif adalah jawaban untuk menjaga kesan positif yang terpancar dari mata kita. Gerakan tangan kita secara reflek untuk menekankan hal yang kita samapaikan harus di perhatikan. Gerakan tangan yang terlalu berlebihan menimbulkan kesan negative misalnya terlalu kedepan atau atau terlalu membuka lebar. Dan beberapa hal lain seperti gerakan anggukan atau gelengan kepala, posisi duduk saat berbicara juga harus diperhatikan agar tetap terkesan rilek dan sopan.

- Ramalkan pertanyaan yang akan muncul
Memprekdiksikan pertanyaan yang akan muncul semalam sebelumnya adalah langkah antisipasi yang efektif. Gali pertanyaan yang menyangkut diri anda dan posisi yang akan anda lamar. Yang menyangkut diri sendiri terkait dengan pengalaman, latar belakang pendidikan dan pelatihan yang diikuti dan lain sebagainya. Mengetahui

- Jawab pertanyaan dengan singkat dan jelas

* Strategi 1 menit
Untuk pertanyaan yang sifatnya perlu penjelasan panjang, perlu di siapkan jawaban yang singkat kurang dari 1 menit tetapi bisa memenuhi/menjawab pertanyaan tersebut.

Contoh :
Pertanyaan : Ceritakan tentang diri Anda ?
Jawaban : Saya berasal dari Kebumen, anak pertama dari 3 bersaudara, orang tua tinggal di sana dan bekerja sebagai pegawai negeri di kantor Bupati. (Jawaban terlalu panjang)
Jawaban : Saya Alumni dari Universitas Kertajaya, Jurusan Manajemen. Saya mempunyai kemampuan dalam bidang manajerial dengan pengalaman 2 tahun. Selain itu saya aktif berbahasa inggris dan menguasai computer. Saya mempunyai integritas untuk bekerja keras dan siap bekerja baik secara individu atau dalam tim kerja

* Berikan contoh dari pengalaman anda

* Jabat tangan pewawancara dengan tegas

* Dengarkan semua pertanyaan secara seksama

* Aktif di percakapan

* Tumbuhkan minat dan semangat anda


Minggu, 22 November 2009

Contoh Kasus SHU

Pembagian yang “ideal” dan biasa dipakai pada koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut:
Cadangan : 40 %
SHU KOPERASI Dibagi pada anggota : 40 %
Dana pengurus : 5 %
Dana karyawan : 5 %
Dana Pembangunan Daerah kerja / Pendidikan : 5 %
Dana sosial : 5 %
Persentase penghitungan SHU KOPERASI pun ditentukan pada RAT dan harus dituangkan dalam AD/ART koperasi. Jika anggota menginginkan SHU KOPERASI dibagikan seluruhnyapun tetap boleh, tapi tentu hal ini tidak dianjurkan karena keberadaan dana cadangan dll juga sangat penting untuk keberlangsungan koperasi.

Sesuai janji saya, pada postingan kali ini saya sampaikan cara penghitungan SHU KOPERASI. Secara matematik rumusan penghitungan SHU KOPERASI adalah sebagai berikut:

SHU KOPERASI = Y+ X

Dimana:
SHU KOPERASI : Sisa Hasil Usaha per Anggota
Y : SHU KOPERASI yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi
X: SHU KOPERASI yang dibagi atas Modal Usaha

Dengan menggunakan model matematika, SHU KOPERASI per anggota dapat dihitung
sebagai berikut.
SHU KOPERASI= Y+ X
Dengan
SHU KOPERASIAE = Ta/Tk(Y)
SHU KOPERASIMU = Sa/Sk(X)
Dimana.
SHU KOPERASI: Total Sisa Hasil Usaha per Anggota
SHU KOPERASIAE : SHU KOPERASI Aktivitas Ekonomi
SHU KOPERASIMU : SHU KOPERASI Anggota atas Modal Usaha
Keterangan:
Y : Jasa Usaha Anggota
X: Jasa Modal Anggota
Ta: Total transaksi Anggota)
Tk : Total transaksi Koperasi
Sa : Jumlah Simpanan Anggota
Sk : Simpana anggota total

Contoh:
SHU KOPERASI Koperasi A setelah Pajak adalah Rp. 1000.000,-
Jika dibagi sesuai prosentase Pembagian SHU KOPERASI koperasi seperti contoh yang disampaiakan sebelumnya maka diperoleh:
Cadangan : 40 % = 40% x Rp.1.000.000,- = Rp. 400.000,-
SHU KOPERASI Dibagi pada anggota : 40 % = 40% x Rp.1.000.000,- = Rp. 400.000,-
Dana pengurus : 5 % = 5% x Rp.1.000.000,- = Rp. 50.000,-
Dana karyawan : 5 % = 5% x Rp.1.000.000,- = Rp. 50.000,-
Dana Pembangunan Daerah kerja / Pendidikan : 5 %= 5% x Rp.1.000.000,- = Rp. 50.000,-
Dana sosial : 5 % = 5% x Rp.1.000.000,- = Rp. 50.000,-
Yang bisa dibagi kepada anggota adalah SHU KOPERASI Dibagi pada anggota : 40 %
Atau dalam contoh diatas senilai Rp.400.000,-
Maka Langkah-langkah pembagian SHU KOPERASI adalah sebagai berikut:
1. Di RAT ditentukan berapa persentasi SHU KOPERASI yang dibagikan untuk aktivitas ekonomi (transaksi anggota) dan berapa prosentase untuk SHU KOPERASI modal usaha (simpanan anggota) prosentase ini tidak dimasukan kedalam AD/ART karena perbandingan antara keduanya sangat mudah berubah tergantung posisi keuangan dan dominasi pengaruh atas usaha koperasi, maka harus diputuskan setiap tahun . Biasanya prosentase SHU KOPERASI yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi ( Y) adalah 70% dan prosentase SHU KOPERASI yang dibagi atas Modal Usaha adalah 30%. Jika demikian maka sesuai contoh diatas
Y = 70% x Rp.400.000,-
= Rp. 280.000,-

X= 30% x Rp.400.000,-
= Rp. 120.000,-

2. Hitung Total transaksi tiap anggota, total simpanan tiap anggota dan total transaksi seluruh anggota serta total simpanan seluruh anggota. Sebagi contoh kita akan menghitung SHU KOPERASI Gusbud. Dari data transaksi anggota diketahui Gusbud bertransaksi sebesar Rp. 10.000,- dengan simpanan Rp. 5000,- sedangakan total transaksi seluruh anggota adalah Rp.10.000.000,- dengan total simpanan anggota adalah Rp.2.000.000,-

Maka
SHU KOPERASIAE Gusbud = Rp. 10.000,-/ Rp.10.000.000,-( Rp. 280.000,-)
= Rp. 280,-
SHU KOPERASIMU Gusbud = Rp. 5000,- / Rp.2.000.000,- (Rp. 120.000,-)
= Rp.300,-

Teknik Wawancara

Teknik Wawancara

Wawancara merupakan istilah yang diciptakan dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata asing Interview (dari bahasa Belanda atau Inggris), yang digunakan oleh pers Indonesia sampai akhir tahun 1950-an. Orang yang mewancarai disebut Pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai disebut pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden.
Jadi, wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah. Wawancara sering kali diasosiasikan dengan pekerjaan kewartawanan untuk keperluan penulisan berita atau feature yang disiarkan dalam media massa. Tetapi wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian, atau penerimaan pegawai.

Yang Haus di Perhatikan Sebelum Wawancara :
1.Kenali topik wawancara yang akan dilakukan.
2.Baca berkas masalah pokok tentang wawancara
3.Buka kliping soal hal-hal yang berkaitan dengan topic wawancara
4.Tetapkan apa yang ingin Anda ketahui melalui wawancara

Menyusun Kerangka Wawancara :
Kerangka (outline) merupakan penjabaran topik. Topik diuraikan menjadi sejumlah sudut tekanang/sudut pandang (angle). Setiap angle dikembangkan menjadi pertanyaan. Kerangka juga berfungsi untuk menciptakan angle apa yang patut masuk dalam wawancara, kemudian mengembagkan pertanyaan dalam cakupan angle tersebut. Hal ini penting dilakukan, karena akan membantu Anda dalam menyusun wawancara secara teratur, tidak keluar dari topik. Selain itu juga akan memudahkan Anda berpikir secara jelas dan fokus terhadap topik wawancara.

Ketika Memulai Wawancara Ada Beberapa Hal yang Harus di Perhatikan :
1. Menjaga Suasana
Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara dibuat lebih rileks, sehingga berjalan dengan santai tidak terlalu formal meskipun membahas masalah yang serius. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang umum. Misalnya, soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan, hobi dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati.
Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik simpati supaya nara sumber sehibngga tidak terlalu pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali kalau pewawancara sudah sangat dekat basa-basi itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara harus tanggap. Itupun juga kita dibicarakan sebelum melangsungkan wawancara. Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya dilakukan, antara lain jangan membuat nara sumber marah atau tersinggung, sehingga percakapan langsung diputus. Jangan marah-marah atau memojokkan nara sumber.

2. Bersikap Wajar
Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara sumber yang benar-benar pakar, tetapi tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun demikian tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa mengimbangi atau mengangkatnya. Pewawancara juga harus bisa mencegah supaya nara sumber tidak berceramah, karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini sangat diperlukan.
Karena itu dalam persiapan wawancara ini diperlukan,menguasai materi, selain menguasai nara sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi nara sumber yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan tetapi tanpa harus menggurui, sehingga bisa memahami persoalan yang akan digali.

3. MemeliharaSituasi
Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa sedang menghadapi nara sumber, karena itu dalam wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan dan jangan sampai terjebak ke dalam situasi perdebatan dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu dihindari situasi diskusi yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah interograsi apalagi menghakimi.
Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah sakit terkait dengan kasus flu burung, karena etika kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan. Namun pewawancara memaksakan kehendak, sehingga menimbulkan ketegangan dan menghakimi direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus mampu mencari celah untuk kembali pada situasi, agar mendapatkan informasi yang lebih jelas.

4.Tangkas Menarik Kesimpulan
Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk secara setia mengikuti setiap jawaban yang diberikan nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan tangkas. Dengan kesimpulan yang tepat wawancara terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang sering dilakukan wartawan pada saat mengambil kesimpulan kurang tangkas, sehingga nara sumber harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan. Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat nara sumber bosan, sehingga wawancara tidak berkembang, membuat pintu informasi menjadi tertutup. Akibat yang paling parah kehilangan sumber berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi nara sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat akan menjadi pengamatan. Salah kutip ini harus dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta pernyataan diulang atau bahkan ada kata yang kurang jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek kebenaran arti dan ejaannya.

5. Menjaga Pokok Persoalan
Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar dalam menggali informasi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil yang memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau kebetulan ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas dalam hal tertentu. Serngkali untuk menjaga situasi ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang dikatakan nara sumber. Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber diharapkan tidak lari dari pokok persoalan bahkan berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan.

6. Kritis
Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang lebih terinci dan selengkap-lengkapnya. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan oleh nara sumber. Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap gerakan-gerakan yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan kalau kritis menangkapnya maka bisa meluruskan data bila nara sumber salah mengungkapkannya. Baik itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya. Ini penting sebagai bahan untuk menuliskan laporan, sehingga benar-benar utuh dan penuh warna. Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah, terus menerus mengepulkan asap rokok dan sebagainya, hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering.

7. Sopan Santun
Dalam wawancara sopan santun perlu dijaga, karena ini menyangkut etikat pergaulan di dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh. Dalam menghadapi nara sumber kendali sudah mengkenal betul, tidak bisa bersikap sembarangan, sombong atau perilaku yang tidak simpatik lainnya. Bila akan merokok, sementara nara sumber tidak merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruangan tempat wawancara ber-AC maka sopan santun perlu dijaga. Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada nara sumber,. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informasi dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data yang diperlukan ternyata masih kurang.
Hal-hal praktis yang perlu mendapat perhatian dalam mengadakan wawancara berkaitan dengan sopan santun:
Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target wawancara menolak dengan alasan sibuk. Mencoba dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara merupakan suatu upaya, sampai mendapat kesempatan untuk membuat perjanjian waktu.
Untuk mendapat perjanjian bisa melalui telepon atau mendatangi langsung kantor atau rumahnya. Dihindari datang terlambat pada saat akan melakukan wawancara dan lebih baik datang lebih awal. Jangan sampai salah mengeja nama orang yang diwawancarai dan lebih baik minta kartu nama atau paling tidak ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta dengan hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan untuk mencatat hasil wawancara.
Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap, karena kalau sampai ada peralatan tidak terbawa bisa membuat suasana awal dari wawancara menjadi kurang berkesan.
Sebutkan alasan melakukan wawancara dengan tempat kerja, sehingga nara sumber yang diwawancarai mengerti benar maksud wawancara. Tidak perlu menjanjikan kepada nara sumber hasil wawancara pasti dimuat, namun bisa meberikan keyakinan kegunaan dari hasil wawancara tersebut.

Penulisan Wawancara
Hasil wawancara bisa dituangkan dalam beberapa bentuk penulisan sesuai dengan tujuan wawancara yang telah dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya akan lain dengan bentuk penulisan yang didasarkan pada satu wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk bahan penulisan berita atau straight news, laporan atau tulisan khusus wawancara.

Senin, 09 November 2009

SHU

Pengertian SHU
• Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, adalah sebagai berikut :
Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
• SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
• Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
• Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
• Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
• Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

PRINSIP-PRINSIP PEMBAGIAN SHU KOPERASI
1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
4. SHU anggota dibayar secara tunai

Contoh kasus dalam SHU :
Pada sebuah koperasi diketahui terdapat 4 anggota dimana setiap anggota menanamkan modal yang berbeda yaitu, 400, 1000, 2400, 1200 dan diketahui pula setiap anggota melakukan usaha yang berbeda yaitu anggota ke-1 2000, ke-2 1500, ke-3 4000, ke-4 5200.
hitunglah :
1. berapakah volume usaha anggota
2. berapakah total usaha anggota
3. berapakah modal setiap anggota
4. berapakah total simpanan anggota
5. tentukan JUA setiap anggota
6. tentukan SHU modal & SHU total
7. tentukan JMA setiap anggota
8. berapakah total SHU transaksi

Jawab :
jmlh anggota SA VA JMA JUA SHU anggota
1 &n bsp; 400 2000 0.08 0.15 0.23
2 &n bsp; 1000 1500 0.2 0.11 0.13
3 &n bsp; 2400 4000 0.48 0.31 0.79
4 &n bsp; 1200 5200 0.24 0.40 0.64
TOTAL &nbs p; 5000 12700 1 0.97 1.79
&nb sp; (TMS) (VUK)
rumus :
JMA : SA / TMS
JUA : VA / VUK
SHU anggota : JMA + JUA
VA : Volume usaha anggota
VUK : Total volume usaha anggota
JUA : Jasa usaha anggota
JMA : Jasa modal anggota
TMS : Total modal sendiri
SA : Jumlah simpanan anggota